Aroma Pizza & Senyum Malam itu

Jakarta. 1995. Dimana tahun itu Soeharto sedang merajalela mimpin Indonesia, dengan kekuasaanya 30 tahun sudah. Pada tahun yang sama, Hori sedang diam di beranda, bibirnya menggerutu tak bersuara, matanya kosong melihat hilir jalan yang sepi, satu dua mobil hanya berani lewat, sebuah kursi lapuk dengan cokelat murni sedang erat diduduki dengan penuh kenyamanan dan kebingungan. Hori baru mengundurkan dirinya dari pekerjaan sebagai satpam kelas tinggi, di sebuah Hotel berbintang empat dengan gedung berlapis baja dan lampu menari yang menyala dengan terang. Hari ini bingungnya semakin menjadi-jadi ketika sebuah pertanyaan terus menusuk terjal di lubuk hatinya, “Harus mencari pekerjaan kemana lagi di Jakarta?”. Sementara adik Hori ada delapan orang, mereka sekolah dan sebagianya masih menjalani jenjang sekolah menengah pertama. Kakak Hori mempunyai nasib yang sama dengannya kali ini karena Kakak Hori hanya tamatan SD, sungguh dimanapun kita berada jika mempunyai adik beranak-pinak banyak,